Perjalanan Semalam ke Jakarta Bersama Dosen Marketing

Oke, gw langsung klarifikasi sebentar. Ini memang cerpan (cerita panjang), tapi bener deh, suwer, ini bukan cerpan yg NSFW, jadi kisah di bawah ini bisa dibaca di manapun, kapan pun, bersama siapa pun, serta bebas dari pelaporan UU APP dan UU ITE.

barang siapa yang menguasai teknologi, maka dia akan menguasai peradaban

Jadi singkat cerita, demi mendapat ilmu perkuliahan dengan suasana yang berlebih, dan kebetulan waktu itu perkuliahan juga bersifat fakultatif (buat yg ga tau arti fakultatif googling aja), berangkat lah kami sekelas berlima, ditambah 1 dosen matkul marketing. Iya, bener, gw ga salah ketik, sekelas berlima

Sebelumnya perkenalkan, namaku Tama (bukan nama sebenarnya). Aku kuliah di salah satu perguruan negeri terkenal di kota Bandung yang bernaung di bawah kementrian. Eh bentar, kok malah mulai menjurus ke situ ya? Oke, balik ke intinya, berhubung emang domisili gw di Jaktim, yang ga jauh2 juga kalo mau ke Kemang, Jaksel, dan kebetulan gw emang ga lagi di Bandung, gw duluan ke cafe yang dituju “kelas”

Lokasi pertama, kami semua janjian di 89 Cafe, Kemang, Jaksel. Pembahasan perkuliahan jam tersebut perihal operasional restoran, terutama dilihat dari sudut pandang marketing, aspek yg membuat bisnis tetap hidup. Sebenernya kalo bicara marketing, terutama cafe atau restoran, ini vital banget. Banyak, yes, banyak berarti bukan satu dua restoran atau cafe aja, yang marketingnya kurang gebrakan. Walhasil ya karyawannya happy, dalam artian mereka magabut pas kerja, karena jarang yang dateng buat jajan

Balik ke pembahasan 89 Cafe, resto yang “lahir” pada 2013. Dulunya sih ini bukan cafe, cuma akhirnya dimanfaatin buat jadi cafe. Di situ kami belajar dari Managernya, sebut saja mas Akbar, alumni FB ’96. Doi cerita soal jungkir baliknya 89 Café dari masih bernama 89 Coffee & Spirits sampe sekarang jadi 89 Café yang dikenal dengan nasi jeruknya.

Yang dikenal lainnya ada “kopi 5 detik” juga sih. Toh emang tempatnya cozy, ceilingnya tinggi jadi ga sumpek. Pas masuk pintu aja udah keliatan banyak furniture menarik, karena emang ternyata sekantor sama showroom. Tapi positifnya jadi punya daya tarik gitu deh

89 Café punya 3 outlet, di Kemang, Cipete & Panglima Polim. Iya, meski Kemang & Cipete sebelahan, tapi outletnya emang demikian. Ternyata ada yg diunggulkan dari masing-masing outlet: Cipete buat central kitchen, terutama produksi keperluan nasi jeruk. Outlet itu biasa produksi nasi jeruk ratusan box. Adapun kendala yg sering banget ditemuin adalah besek yg ga seragam. Ya maklum, namanya juga handmade, intinya dikasih penjelasan ke pelanggan kalau isinya itu sama, covernya aja yg variative

Yg kedua ya di Kemang. Di sini yg diunggulin karena tempatnya sering dipake buat pertemuan, bisa berupa launching product, training development (karena di atas emang ada kantor konsultan T&D gitu), sama ya tempatnya enak. Di sini a la carte yg ditonjolkan, sama ya kekuatan utama di meeting space

Bahkan selesu-lesunya penjualan mereka, minimal ada karyawan dari lantai di atas buat jajan ke bawah. Itupun juga didapat dari hasil riset (kuesioner) perihal makanan yg disukai karyawan , beserta range harganya
Terakhir di Panglima Polim (PangPol). Yg ini spesialisasinya di kopi 5 detik. Kendalanya ya persaingan dengan kopi kekinian yg berharga lebih murah yg emang pasarnya udah sumpek banget, banyak pemain. Apalagi sejak 2016 titik gaul kayaknya mulai bergeser dari Kemang ke kisaran senoparty (senopati). Sekarang juga lagi geser lagi ke M Block, blok m. intinya sih tetep di selatan, anak timur juga kalo nongkrong ke sono sono juga…

Tapi pergeseran titik nongkrong itu ga cuma di tempat-tempat itu. Bahkan geser ke rumah masing-masing, dibantu dengan kehadiran Go-Food. Iya, biar dah sebut merk, kalo grab food kepanjangan, kita sebut produk lokalnya aja. Sekarang pelaku bisnis kuliner mulai ngincer pasar ghoib tersebut. Dibilang pasar ghoib soalnya emang di situ ada sales, padahal kita ga sedia kursi buat dia alias dia (konsumen) makan sendiri di rumahnya. Padahal kalo bicara restoran (dulu) ga jauh dari itungan seat turn over (STO) atau perputaran kursi. Sekarang lebih diliat dari bill per hour kalo emang kita bicara scheduling

Pasar ghoib juga tentu butuh ghost kitchen. Ga penting juga lokasi dapurnya di mana, yg penting masih bisa dijangkau sama abang gojek. Dan yang paling penting dapur ghoib tersebut terdeteksi sama algoritma dari mesin pencari. Mas Akbar mengakui kalo 89 bukanlah angka yg sering dicari di algoritma go food. Tapi untungnya salah satu produk mereka Nasi Jeruk, berhasil menembus algoritma tersebut. Apalagi produk andalannya: Nasi Jeruk Tanggal Tua. Mereka emang punya dua varian nasi jeruk, yg tanggal tua emang lauknya lebih sedikit, pun dengan harganya yang lebih murah dan emang terjangkau di tanggal tua

Gimana cara nembusnya? Itu tantangannya! Mereka ngeblast via socmed influencer, sampling buat follower dsb. Dan tetep, di bisnis F&B itu yang paling enak ya incer mereka yg butuh lunch buat meeting, karena porsinya besar/banyak, kerjaan pun sekalian. Dari situlah WoM (word of mouth) bekerja
Oh iya, bicara soal tanggal tua, jumlah Nasi Jeruk Tanggal Tua yg terjual bisa sampe 300 besek box/hari. You all know lah, how gojek works in tanggal tua & payday

Kembali pada kutipan di atas. kita ingat pada jaman kejayaan Muslim, di mana daerah kekuasaan mereka hingga semenanjung Iberia. atau kalau mau lebih lawas lagi, kita tentu tahu bahwa piramida bukan dibuat sembarangan, ada unsur teknologi di dalamnya. teranyar tentu kita tahu bagaimana china bertahan meski dalam gempuran AS. mereka semua penguasa teknologi. apapun suku, agama dan golongannya, jika berhasil menguasai teknologi maka akan survive

sekarang jamannya teknologi go food & algoritma sistem pencarian. siapa yang menguasai cara kerjanya, tentu akan menguasai perekonomian. 89 Cafe jeli melihat peluang (opportunity) tersebut

Bicara soal threat mereka, masih inget kan soal C6 di post kemarin? Ternyata mereka & competitor mereka juga terpengaruh oleh iklim eksternal berupa kebijakan trotoar di kemang. Intinya kebijakan itu bisa dibilang membunuh pelan-pelan usaha F&B di sekitaran kemang, tidak terkecuali 89 yang bahkan punya parkiran cukup luas. Tapi kan kalo jalannya dipersempit orang jangankan main buat jajan, buat lewat aja ogah.
Yah semoga muncul jalan terbaik…
*ambil hp, buka gojek, order go food, nasi jeruk, makan

bersambung
biar ga panjang2 amet

Leave a comment

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.