Pengaruh Climate dalam Marketing (6C)

Pengaruh C6 (climate) dalam mengubah semua rantai di atas? Adapun untuk mengetahui hal tersebut diperlukan PEST analysis (Political, Economic, Social & Technology). Untuk menganalisis hal tersebut, yang paling mudah itu ya kita pake 5W + 1H.
Sebelum itu, kita coba bahas para C di atas itu apa

C1 (Company): elo. Iya, elo, biar ga kebanyakan kata-kata, C1 itu elo
C2 (Competitor): saingan lo, sebenernya ga cuma 1 kayak di gambar, bisa jadi banyak cuma gw lagi ga mood gambar banyak-banyak
C3 (Channel): kanal penjualan, kayak marketplace. Ternyata dalam channel tersebut ga cuma ada elo, tapi ada juga saingan-saingan elo di sana
C4 (Customer): bom yang bisa dikontrol gitu loh, yang biasa dipake sama Counter-Terrorist kalo kita main Counter Strike. Gebetan lo, yang diperebutkan juga sama saingan-saingan elo. Tapi tentu aja elo focus sama tujuan elo kan sob meski dihalang-halang kompetitor di kanal yang sama?
C5 (Collabolators): yang bantuin elo selama ini. Tapi ternyata dia juga bantuin saingan-saingan elo. Teman macam apa ini?
C6 (Climate): iklimnya marketing. Karena emang ya kayak gini flow beserta lingkungannya. sehingga kenapa kalau C6 goyang, C1 – C5 goyang, mirip kayak orang-orang denger lagu Salah Apa Aku


ilustrasi goyangnya warga +62 saat denger Salah Apa Aku, diambil dari kanal youtube detikcom

Kita coba mulai dari yang lagi ngetren dulu ya, Technology, contoh nyatanya ya era digitalisasi industri 4.0
Dulu, jaman gw masih pake seragam putih abu-abu dan masih ngeblog serta masih jadi bucin, PT Blue Bird Tbk. (C1), yang biasa dikenal dengan taxi blue bird, bersaing ketat sama PT Express Transindo Utama Tbk. (C2) a.k.a Taksi Express. Blue Bird yang dibilang taksi buat segmen menengah ke atas, diganggu juga sama kehadiran taksi-taksi tarif batas bawah kayak taksi Putra, Gamya, dsb yang mana gw lupa beneran nama mereka. Ya wajar kalo gw lupa, itu jaman kapan, dan sekarang mereka ngilang kena disrupsi di era digital empat koma enol ini.

Bahkan saingan terkuat $BIRD (pake ini aja ya, biar ga kepanjangan), Express ($TAXI), juga udah digrogotin jaman. Hingga postingan ini dibuat, pergerakan harga saham $BIRD aja dari 29 Maret 2019 terus mengalami tren penurunan, dari Rp 3.550/lembar hari ini ditutup di Rp 2.480/lembar (support Rp 2.400/lembar, resistance Rp 2.490/lembar). $TAXI lebih parah, dari 27 Mei 2019 udah menyentuh titik nadir (Rp 50/lembar) dan cepat atau lambat gelar Tbk mereka juga hilang

Beruntung, $BIRD sadar diri. Mungkin pengaruh tangan dirut mereka, ibu Noni, sehingga terjadi penyegaran pemikiran pada BOD (board of director) mereka. Sehinga untuk taksi, mereka kerja sama dengan Gojek, serta memaksimalkan pilar lain seperti taksi eksekutifnya (Silver & Golden Bird), bus (Big Bird), serta angkutan peti kemas mereka (Iron Bird). Untuk yang ini mereka beruntung karena gojek dengan gocar-nya ga ada yg pake Alphard sama Mercy.
Hal ini memang jadi tamparan mereka untuk berubah. Mungkin mereka harus contoh sistem di Jepang yang mana sistem taksi mereka bisa menyingkirkan Uber

When
Kapan mulai berubah: sejak gojek masuk di 2010, namun booming di 2014, Gojek menenggelamkan $BIRD yang menjadi pemimpin pasar saat itu

Where
Dimulai dari kota-kota besar di Indonesia, yang mana memang masyarakatnya butuh bergerak lebih cepat, namun tetap murah, sesuai dengan tuntutan industri

Who
Siapa biang keroknya: om Nadiem Makarim cs? Bisa jadi, tapi pelangganlah yang memang memilih kepraktisan & tawaran tarif yang lebih menggiurkan. Selain itu para pengemudi/mitra gojek juga lebih menjadikan mitra sebagai profesi utama mereka, dibanding harus menunggu di pangkalan yang peluang dapat pelanggannya lebih kecil

What
Apa yang mengubah: kehadiran aplikasi taksi online. Sengaja saya gunakan kata aplikasi karena mereka sebenarnya bukan perusahaan transportasi, cuma aplikasi buat mempertemukan yang nyari tebengan sama yang mau nebeng. Sederhananya gitu. Tapi dampaknya besar bagi korporasi transportasi. Iya korporasi, bukan cuma perusahaan.

Why
Jelas karena tuntutan jaman: lebih cepat, lebih murah & efisien. Mereka mengubah cara orang berpergian: dari pesan taksi yang mesti ke lampu merah terdekat/pool mereka, nunggu di pinggir jalan, menjadi tinggal pesen, liat posisi driver di mana, ngaso dulu, ngopi, sebats, karena keliatannya masih jauh, siap-siap pas deket, berangkat dengan tarif yang lebih murah.
Duh, ketauan kan gw pernah ngalamin pesen taksi ke pangkalan mereka

How
Bagaimana dampaknya: C1 ($BIRD) terpukul dan memilih kolaborasi dengan gojek, jadi go-bluebird. C2 ($TAXI dan yang lain) lebih parah, mereka udah pada menghilang. C1 & C2 pada melelang mobil-mobil armadanya. Harapannya tentu capital gain dari asset mereka, selain untuk efisiensi operasional. Pada C3 (Channel) jumlah taksi yang berkeliaran di jalan & yang ngetem di pool mereka berkurang. C4 (customer, a.k.a elo-elo pada penikmat perang tarif Gojek vs Grab) dimanjakan dengan tarif lebih murah. C5 (collabolator) ga perlu memproduksi mobil tipe sedan yang dikhususkan untuk armada taksi

Bentar, ini baru dari teknologi. Politik, Ekonomi sama Sosialnya belum

Oke kita lanjut di postingan berikutnya

bentar, napas dulu, mumpung masih ada tenaga dikit lagi buat posting

Dari segi politik, gw coba ambil contoh kebijakan konversi mitan (minyak tanah/kerosin) ke LPG

When:
2007, jaman eyang BeYe (Susilo Bambang Yudhoyono) (wait, beliau udah makin tua ya sekarang), pemerintah menerapkan kebijakan konversi mitan ke gas. Which is good mengingat cadangan gas masih lebih baik dibandingkan minyak bumi

Where:
Se-Indonesia tentunya, karena kebijakan eyang BeYe, bukan kebijakan Fauzi Bowo (Gubernur Jakarta waktu itu)

Who:
C4 (customer) yang masih pake kompor minyak diminta beralih pake LPG.

What:
Apa yang mendasari kebijakan tersebut: penggunaan LPG yang lebih efisien dibanding kompor minyak yang nyalainnya susah, asep itemnya ngebul kemana-mana.

Why:
Kompor gas itu jelas lebih enak, tinggal “ctek” trus nyala, ga kayak kompor minyak yang mesti ditungguin dulu. 1 kompor bisa buat masak 4 masakan sekaligus, panas lebih efisien.

How:
Karena C4 yang dituntut berubah, C1 & C2 (warung-warung penjual mitan), disingkirkan mitannya pelan-pelan, mereka bahkan diberikan opsi LPG tabung 3kg sebagai subtitusi dari mitan. Sehingga C3 (warung di sekitar) sudah jarang ditemui drum gede yang isinya minyak tanah a.k.a kerosene. Kalo pengen tau drum gedenya kayak gimana, tanya aja sama yang lahirnya sebelum abad ke-21

btw ini kayaknya postingan terpanjang yang gw buat deh ._.

Previous Post
Leave a comment

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.